15 Tema Isra Miraj Tahun 2024 yang Penuh Makna Bisa Jadi Referensi

Isra Miraj adalah peristiwa yang luar biasa dalam Islam. Isra Miraj merupakan perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis dan perjalanan Rasulullah SAW dari bumi menuju ke Sidratul Muntaha. Untuk mengenang peristiwa dan …

Isra Miraj adalah peristiwa yang luar biasa dalam Islam. Isra Miraj merupakan perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis dan perjalanan Rasulullah SAW dari bumi menuju ke Sidratul Muntaha.

Untuk mengenang peristiwa dan mukjizat yang luar biasa tersebut, umat Islam memperingati Isra Miraj setiap tanggal 27 Rajab. Isra Miraj tahun 2024 jatuh pada hari Kamis, 8 Februari 2024 besok.

Dikutip dalam Kisah Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW oleh Syofyan Hadi, perjalanan Isra dan Mirajnya Nabi Saw untuk bertemu Allah SWT sekaligus menjadi bukti nyata kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih Allah SWT. Demikian itu dikarenakan pertemuan tersebut atas kehendak Allah SWT dan atas undangan Allah SWT tanpa ada persiapan Nabi SAW.

Berbeda dengan Nabi Musa As misalnya, yang jika hendak bertemu Allah SWT harus meminta izin dan mengadakan perjanjian terlebih dahulu, seperti yang disebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 142:

وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ

Arab-Latin: Wa wā’adnā mụsā ṡalāṡīna lailataw wa atmamnāhā bi’asyrin fa tamma mīqātu rabbihī arba’īna lailah, wa qāla mụsā li`akhīhi hārụnakhlufnī fī qaumī wa aṣliḥ wa lā tattabi’ sabīlal-mufsidīn

Artinya: Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.

Berbeda dengan Nabi Musa As misalnya, yang jika hendak bertemu Allah SWT harus meminta izin dan mengadakan perjanjian terlebih dahulu, seperti yang disebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 142:

وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ

Arab-Latin: Wa wā’adnā mụsā ṡalāṡīna lailataw wa atmamnāhā bi’asyrin fa tamma mīqātu rabbihī arba’īna lailah, wa qāla mụsā li`akhīhi hārụnakhlufnī fī qaumī wa aṣliḥ wa lā tattabi’ sabīlal-mufsidīn

Artinya: Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments