Porang menjadi primadona bisnis, tanaman ini memiliki ciri-ciri yang sangat jelas sekali berbeda dengan tumbuhan umbi lainnya. Tumbuhan herbal ini memiliki batang yang tegak dan lunak. Tumbuhan ini memiliki batang halus berwarna, seperti hijau atau hitam. Di batang halus itu juga terdapat totol-totol putih. Di Indonesia sendiri tanaman porang ini memiliki nama-nama yang berbeda yang disesuaikan dengan daerah asalnya.
Baca Juga: Budidaya Sayuran Buncis Dengan Hasil Panen Melimpah
Karena nama porang bisa berbeda-beda disetiap daerah, maka ada baiknya untuk mengetahui nama-nama tersebut. Di tanah sunda, porang dinamakan acoan oray atay acung. Di daerah Jawa Timur, lebih tepatnya Nganjuk, porang diberi nama kairong. Selain nama acoan oray dan kairong, orang-orang di berbagai daerah mengenalnya dengan nama suweg, walur dan iles-iles. Selain nama-nama yang berbeda, penanaman porang juga berbeda-beda ditentukan oleh kesuburan tanah.
Porang ternyata memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan dan industri. Oleh sebab itu, produksi porang sedang digalakkan agar mampu memberikan stok yang cukup untuk permintaan porang dari berbagai daerah. Nah berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara budidaya porang, sebenarnya porang dapat tumbuh di jenis tanah apa saja. Tapi porang akan tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki naungan. Contohnya ialah dibawah pohon jati, mahoni dan sengon.
Teknik Perkembangbiakan
Ada beberapa teknik yang bisa dipakai untuk membuat bibit porang. Teknik budidaya porang yang pertama bisa dengan menggunakan biji. Perlu diketahui bahwa porang akan berbunga pada periode 4 tahun. Bunga tersebut akan berubah menjadi buah dan kemudian menghasilkan biji yang baik dikembangbiakan pada musim hujan.
Teknik yang kedua ialah dengan bintik yang ada di antara batang dan cabang porang. Bintil yang dipanen ternyata bisa disimpan dan ditanam kembali sebagai bibit porang. Teknik yang ketiga yaitu dengan menggunakan umbi. Umbi porang yang dipanen, dapat ditanam kembali. Umbi ini menggunakan cara tanam di lahan pertanian.
Teknik yang kedua ialah dengan bintik yang ada di antara batang dan cabang porang. Bintil yang dipanen ternyata bisa disimpan dan ditanam kembali sebagai bibit porang. Teknik yang ketiga yaitu dengan menggunakan umbi. Umbi porang yang dipanen, dapat ditanam kembali. Umbi ini menggunakan cara tanam di lahan pertanian.
Tanam Sekali
Cara menanam yang baik tentu saja dibawah naungan pohon-pohon besar seperti pohon jati di kawasan perhutani. Dengan menggunakan sistem bercocok tanam seperti itu penduduk sekitar tidak akan merusak tanaman perhutani lainnya.
Selain itu cara ini juga memanfaatkan lahan yang kososng untuk menghasilkan uang yang banyak setiap tahunnya. Porang cukup ditanam pada lahan di sekitar pohon jati yang rindang. Porang ternyata cukup ditanam sekali, lalu tinggal melakukan pemeliharaan dan memanen. Umbi akan tumbuh lagi setelah panen dengan meninggalkannya dilubang semula.
Memilih Umbi
Porang dapat dipanen setelah 3 tahun tumbuhan tersebut ditanam. Cara memanennya ialah dengan mengambil umbi yang paling besar dari tumbuhan tersebut. Umbi yang kecil dibiarkan saja di lahan pertanian agar pada saat musim hujan umbi tersebut dapat tumbuh lagi. Setelah umbi yang besar diambil dan dibersihkan dari tanah dan akar, umbi kemudian dipotong, diiris, lalu dijemur. Cara mengiris menentukan kualitas porang.
Kualitas Porang
Jika salah mengiris dan porang tidak kering pada saat penjemuran maka akan timbul jamur. Timbulnya jamur pada irisan porang tentu saja akan merugikan. Nilai tukar rupiah akan menurun karena kualitas irisan porang tidak bagus dengan adanya jamur. Untuk diketahui porang membutuhkan banyak sekali perhatian mulai dari menanam, memeliharan dan melestarikannya kembali.