CARA SUKSES BUDIDAYA UBI JEPANG
Masa tanam ubi Jepang singkat, yakni hanya sekitar 4–5 bulan, sedangkan ubi lokal perlu waktu 6-8 bulan.
Tingginya permintaan ubi Jepang baik dari super market, industri pengolahan makanan tujuan ekspor, hingga pasar dalam negeri membuat usaha budidaya ubi Jepang ini cukup menjanjikan.
Umbi yang bernama Latin Satsui maimo ini merupakan produk pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Pasalnya, masa tanamnya singkat yakni hanya sekitar 4–5 bulan, sedangkan ubi lokal perlu waktu 6-8 bulan.
Baca Juga: Cara Perawatan Buah Anggur
Menurut Bowo, salah satu pembudidaya ubi Jepang di bilangan Cianjur, Jawa Barat, secara fisik ubi Jepang memiliki bentuk memanjang dan cenderung lonjong seperti singkong dengan rasa lebih manis daripada ubi lokal.
Dikatakan Bowo, di Indonesia sendiri ada dua jenis ubi Jepang yakni ubi Jepang yang berwarna ungu (Mura zaki) dan kuning (Benny azuma), hanya saja permintaan ubi Jepang ungu lebih tinggi.
Menyoal keistimewaannya sendiri, lanjut Bowo, ubi Jepang ini tidak gampang hancur, lembut, tidak berserat (jarot) empuk ketika dikunyah dan mengandung vitamin A dan C.
Dari sisi kesehatan, ubi Jepang juga dipercaya dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit, seperti mencegah tumor, maag, dan sakit mata. Tak heran ubi Jepang cukup banyak dicari kalangan ekspatriat di super market menengah atas.
Baca Juga: Kandungan Manfaat Jeruk Kasturi
Menyoal pasarnya sendiri, kata Bowo, selain kalangan ekspatriat, beberapa pabrik besar pengolahan ubi dengan tujuan ekspor banyak membutuhkan bahan baku berupa ubi Jepang ini. Bahkan salah satu perusahaan Korea minta dipasok 50 ton/bulan. Padahal, Bowo saja baru bisa panen 80 ton tiap bulan dari empat hektar kebunnya.
“Karena ubi baru bisa dipanen 4-5 bulan sekali, makanya saya tanam tidak serempak, agar bisa panen tiap bulan,” jelas pria yang saat ini telah memiliki 20 hektar kebun ubi Jepang di empat daerah ini.
Di sisi lain Bowo mengatakan, permintaan ekspor yang tinggi belum bisa dipenuhi, lebih karena hasil panen dalam negeri belum bisa memenuhi standar ekspor.
“Permintaan ekspor 1 kg isi 2-3 umbi, sedangkan kita rata-rata 1 kg isi 6-8 umbi,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Suwarto, pakar ubi dari IPB, mengatakan, prospek budidaya ubi Jepang ini sangat menjanjikan jika mengetahui jalur pemasarannya.
“Maka ada baiknya petani mengetahui perusahaan mana saja yang membutuhkan komoditas ubi Jepang ini untuk tujuan ekspor. Minimal supplier yang mampu tembus super market,” ujar Suwarto.
Baca Juga: Cara Perawatan Kaktus Mini
Budidaya ubi Jepang ternyata cukup menjanjikan. Pasalnya waktu Budidaya singkat, harga jual stabil dan memiliki pasar yang jelas. Namun sayang, jumlah pemBudidaya ubi Jepang di Indonesia sendiri masih terbilang sangat sedikit, terutama pelaku besar. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, pasokan ubi Jepang asal Indonesia masih sangat kurang, karena baru terpenuhi sekitar 40% dari permintaan yang ada.
Nah, bagi Anda yang tertarik memBudidayakan ubi ini, langkahnya mudah kok. Mau tahu? Cek uraiannya di bawah ini ya!
Langkah awal yang perlu Anda siapkan adalah bibit. Perlu Anda ketahui bahwa bibit ubi Jepang yang ideal untuk ditanam, yakni memiliki tinggi 25 cm. Bibit itu pun harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat, batangnya tidak terlalu kecil, dan buku-buku akarnya rapat.
Selain itu, pastikan lahan tanam yang digunakan tergolong lahan gembur. Soal lokasinya, tanaman ubi Jepang jenis ungu sangat ideal jika ditanam pada daerah bersuhu dingin dengan ketinggian di atas 700 mdpl, sedangkan yang jenis kuning lebih ideal di dataran rendah dengan ketinggian di bawah 700 mdpl.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menyangkut pemupukan. Pemupukan ubi Jepang harus berimbang sesuai dosis anjuran. Agar tanaman sehat dan terpenuhi nutrisinya, maka harus diberi pupuk organik dengan dosis 10 ml dilarutkan dalam 1 liter air yang disemprotkan saat penyiraman tiap seminggu sekali. Sedangkan penyiraman dilakuakan tiap hari.
Saat penanaman agar petani berhasil baik, sebaiknya tanam 2-3 bibit ubi dalam satu lubang tanam guna mengantisipasi bibit yang tidak berubi atau sedikit berubi. Budidaya ubi Jepang membutuhkan waktu sekitar 4-5 bulan dengan bobot ubi 100-300 gram/ubi. Dari tiap rumpun bisa dipanen ubi sekitar 1 kg. Pemilihan bibit juga penting untuk menunjang keberhasilan.
Untuk teknis penanamannya, tanam ubi pada bedengan (guludan) dengan jarak tanam 1 m antarbaris dan 25 cm dalam satu baris. Upayakan di setiap sisi bedengan dibuat parit sebagai drainase agar ubi tidak mengalami pembusukan. Juga upayakan agar penanaman dilakukan pada bulan-bulan lembab atau pascapanen padi.
Menyoal hama dan penyakit yang sering menyerang ubi, Anda harus waspada pada hama boleng (Cylas formicarius). Hama tersebut merupakan kumbang yang sering menyerang ketika cuaca tidak menentu, misalnya cuaca panas kemudian tiba-tiba hujan. Serangan hama ini mengakibatkan adanya lubang-lubang kecil pada permukaan kulit ubi dan mengeluarkan bau busuk. Selain itu jika dikonsumsi ubi akan terasa pahit. Hama ini sulit dibasmi, hanya bisa dicegah. Untuk itu sebaiknya pemBudidaya selalu menjaga sanitasi kebun, dan rajin menilik/memeriksa setiap tanamannya. Tak lupa diselingi penyemprotan insektisida beberapa minggu sebelum panen.
Nah, ubi Jepang sudah siap penen 4-5 bulan setelah tanam yang ditandai dengan ukuran sekitar 200 gram/umbi dan warna merah keunguan. Ubi Jepang yang bagus adalah ubi yang memiliki kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya manis serta tidak berair. Perlu diketahui, ubi Jepang yang dipanen pada waktu yang tepat akan menghasilkan ubi yang berkualitas dan hasil produksi tinggi.