Banyak orang di negeri ini yang gagal paham tentang taktik berpolitik Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoga. Bahkan beberapa penulis mengumbar pikiran picik dan dangkal hanya berdasarkan berita di media dan mencari data melalui google search. Sebenarnya mereka tak tahu siapa Erdogan dan tidak mengerti sepak terjangnya. Tidak mengenal Erdogan, berarti juga tidak akan memahami rakyat Turki.
Berdasarkan pandangan dan pendapat mereka, bisa dikelompokkan sbb, pertama adalah golongan yang tidak menyukai pemerintahan Jokowi dan berharap akan adanya kudeta militer seperti di Turki. Mereka adalah orang-orang yang gagal move on dan tidak pernah bisa menerima kekalahan dalam pilpres 2014.
Kedua adalah golongan Islam fundamentalis yang berharap bisa mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Golongan ini juga terbagi dua; kelompok yang mendukung Erdogan karena dia dianggap pemimpin Islam terhebat sekarang ini dan kelompok yang membenci Erdogan karena dianggap bekerja sama dengan Barat, komunis dan yahudi.
Ketiga adalah golongan liberal yang tidak menyukai kebangkitan negara Islam dan lebih suka mendukung negara-negara Barat. Mereka lebih percaya apa yang dikatakan Amerika Serikat dan sekutunya tanpa mencoba mencari fakta yang sebenarnya atau menyelidiki dengan seksama. Bahkan orang-orang ini akan dengan cepat meng-counter berita tentang Erdogan sehingga berbalik menyudutkan pemimpin Turki tersebut.
Akibat dari gagal paham terhadap Erdogan, terjadi polemik dan beredar informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Berita dan pendapat yang simpang siur membuat gaduh masyarakat Indonesia. Maklum, karena mayoritas penduduk adalah muslim, maka apa yang terjadi di Turki menjadi perhatian kita.
Ada beberapa hal yang perlu diluruskan dalam hal taktik berpolitik Erdogan. Dia adalah politikus yang brilian. Erdogan tidak sembarang mengambil peran aktif dalam kancah dunia tanpa pertimbangan yang matang dan target yang tinggi. Ia menyadari betul posisi Turki yang strategis, baik dari sisi geografisnya, mau pun peran di dunia internasional.
Namun satu hal perlu dicamkan, Erdogan adalah seorang muslim dan berniat menjadi pemimpin muslim. Dia memiliki ambisi untuk membangun kembali imperium Turki sebagaimana kejayaan di masa Ottoman dahulu. Erdogan ingin Turki menjadi pemimpin negara-negara islam dan menjadi pelindung kaum muslim di dunia.
Di bawah ini adalah taktik Erdogan bermain politik tingkat dunia:
1. Erdogan bergabung dengan NATO agar negara-negara Barat mempercayai mereka bahwa Turki mendukung AS dan sekutunya. Dengan demikian, mereka tidak mengacaukan Turki sebagaimana negara-negara Islam lainnya. Padahal sebenarnya Turki sangat membela dan membantu sesama negara Islam.
2. Erdogan membuka hubungan dengan Israel. Bukan berarti Turki menjalin kerjasama dengan Yahudi. Sebagaimana diketahui, Israel adalah sekutu terdekat AS. Karena itu Erdogan harus hati-hati agar Israel dan AS tidak memerangi Turki seperti kepada Palestina dan negara-negara lainnya. Di sisi lain, hal itu bisa membuat Israel lengah dan bantuan Turki ke Palestina bisa masuk.
3. Erdogan berteman dengan Rusia. Ini tidak dimaksudkan bahwa dia adalah pendukung komunis. Hubungan dengan Rusia adalah penyeimbang dengan kekuatan Barat yang semakin menekan. Musuh bebuyutan AS dan sekutunya adalah dua negara, Rusia dan Cina.
4. Erdogan bersahabat dengan Iran. hal ini jarang disadari oleh orang awam. Turki boleh dikatakan tidak berselisih dengan Iran. Erdogan bukan pendukung Syi’ah. Persahabatan dengan Iran karena negara itu memiliki kekuatan nuklir yang ditakuti oleh AS dan Israel. Turki dan Iran banyak menjalin kerja sama di bidang perekonomian.
5. Erdogan bergabung dengan Uni Eropa. Sebagian besar negara-negara di eropa adalah pendukung AS. Karena itu untuk menjinakkan mereka, Turki bergabung dengan Uni Eropa. Selain itu, ada keuntungan dari sisi perdagangan, pariwisata dan imigrasi pengungsi melalui Turki ke Eropa.
Kepiawaian Erdogan sejauh ini berhasil mengangkat Turki menjadi negara yang cukup disegani. Perekonomian meningkat pesat sehingga Turki digolongkan sebagai negara Islam yang sudah maju dan modern. Dukungan kepada Turki pun terus mengalir, terutama dari negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim.
Semakin lama AS dan sekutunya semakin mengendus taktik yang dijalankan Erdogan. Apalagi mereka merasa dibohongi dan dipecundangi dalam mengurus Suriah. Di sisi lain, mereka sudah melihat bahwa jika dibiarkan maka Turki akan menjadi negara Islam yang kuat dan digdaya. Hal ini membahayakan rencana AS dan Israel untuk menguasai Timur Tengah dan untuk menguasai dunia.
Turki harus ‘dibunuh’, itulah keputusan yang harus segera dilaksanakan. Sebagaimana biasa, politik adu domba digunakan dengan memanfaatkan orang-orang yang tidak menyukai Erdogan, baik di dalam negeri maupun negara-negara lain. Namun kali ini mereka gagal. Erdogan tidak semudah itu dikalahkan.